Badai besar dari perekonomian global diperkirakan akan segera tiba. Dalam beberapa bulan terakhir resesi dunia menjadi perbincangan di masyarakat. Sehingga diperlukan tips mengatur keuangan saat hadapi resesi yang dianggap sebagai badai besar dalam perekonomian.
Kondisi ini bahkan dianggap jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis moneter di tahun 1998 silam. Bagi pemerintah Indonesia situasi ini tentu menjadi sesuatu yang sangat mengkhawatirkan.
Pemerintah tentu tidak mau dampak dari resesi global tersebut akan berpengaruh pada perekonomian nasional. Tantangan global terutama di negara berkembang seperti Indonesia tentu sangat besar. Ketika terjadi resesi ini maka roda perekonomian pun akan menjadi lesu.
Daftar Isi
Tips Mengatur Keuangan saat Hadapi Resesi agar Keuangan Tetap Aman
Dampak yang paling berpengaruh tentu saja di bidang finansial misalnya bisnis yang tak berkembang, angka pengangguran bertambah, atau pemotongan gaji. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Cobalah tips mengatur keuangan saat hadapi resesi seperti di bawah ini:
1. Berhemat
Meskipun resesi ini belum benar-benar terjadi tapi akan lebih baik jika mulai dilakukan kebiasaan berhemat sejak sekarang. Membeli kebutuhan seperlunya saja khususnya untuk kebutuhan pokok yang memang dibutuhkan.
Tujuannya yaitu supaya tetap bisa memiliki uang lebih yang nantinya juga bisa dialokasikan untuk hal lainnya, seperti misalnya untuk melunasi/mengurang utang, untuk dana darurat, dan untuk investasi.
2. Mengatur Ulang Pengeluaran
Supaya uang yang dimiliki lebih bisa dijaga dan terhindar dari keborosan, sebaiknya lakukan pengaturan ulang pada anggaran yang dimiliki saat ini. Mulailah untuk memisahkan biaya-biaya yang termasuk kebutuhan pokok, dan biaya yang memang digunakan untuk keinginan.
Mulai juga kurangi biaya seperti menonton, ke mall, traveling atau nongkrong di café. Mengurangi bisa dilakukan tapi bukan untuk menghilangkan, artinya intensitas atau biayanya dapat dikurangi.
Untuk menentukan ulang anggaran pengeluaran juga dapat dilakukan cek kesehatan keuangan dengan cara sederhana. Misalnya saja dengan mengecek rasio tabungan, rasio likuiditas, atau utang pada pengeluaran.
3. Mengurangi/melunasi Utang
Apabila gaya hidup berhemat dan juga pengaturan ulang dalam hal pengeluaran sudah dilakukan inilah saatnya untuk mengurangi utang. Buatlah jumlah utang menjadi seminimal mungkin, yang dilakukan untuk berjaga-jaga apabila terjadi resesi di masa mendatang.
Proporsi jumlah utang pada biaya pengeluaran per bulan yang sifatnya sehat, yaitu tidak lebih dari 30%. Tapi untuk menghadapi resesi maka akan lebih baik jika lebih konservatif. Contohnya saja rasio utang pada pengeluaran tak lebih dari 20%.
Pastikan juga ketika membayar utang pilih dari jenis utang yang nilai bunganya besar, karena bunga yang nilainya tinggi dapat memengaruhi arus kas keluarga ketika menghadapi masalah dalam hal keuangan.
Hal ini juga bertujuan untuk supaya tidak membebani pengeluaran ketika resesi benar-benar terjadi.
4. Mulai Mempersiapkan Dana Darurat
Dana darurat yang ideal sebaiknya untuk jangka waktu 3 – 6 bulan untuk memenuhi seluruh kebutuhan yang ada. Sebelum resesi ini terjadi, masih ada waktu untuk mengumpulkan uang yang ditujukan untuk dana darurat tersebut.
Ketika terjadi resesi dan terjadi PHK di tempat bekerja atau adanya pengurangan jumlah gaji, maka dana darurat dapat menggantikan pendapatan yang berkurang atau yang hilang tersebut.
5. Asuransi
Akan lebih baik mencegah daripada harus mengobati. Itulah sebabnya mempersiapkan dan memiliki asuransi juga harus dilakukan dari sekarang. Asuransi yang digunakan ini bisa asuransi apa saja misalnya asuransi jiwa atau kesehatan, untuk menghadapi resesi.
Contohnya saja saat terkena musibah berupa penyakit yang memerlukan dana besar dan harus dirawat di rumah sakit. Maka adanya asuransi ini akan menjadi pelindung yang sangat pas dan tepat.
Sama halnya dengan para pencari nafkah yang juga terkena musibah misalnya mengalami kematian. Asuransi juga akan memberi perlindungan pada keluarga yang ditinggalkan, sehingga kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan lainnya masih bisa dipenuhi dengan baik.
6. Mencari Pendapatan Lain, Menabung, atau Berinvestasi
Tips mengatur keuangan saat hadapi resesi yang berikutnya adalah dengan mencari pendapatan lain, menabung, dan dari investasi. Dengan cara menghemat memang bisa membantu menjaga keuangan pada saat terjadi resesi.
Tapi ada yang lebih aman lagi yaitu mencari penghasilan tambahan dengan menambah aliran kas masuk, yang nantinya akan semakin memperkokoh kesehatan dari keuangan secara pribadi.
Apabila ada kelebihan uang sebaiknya jangan langsung digunakan untuk ini dan itu. Tapi tabunglah dan investasikan uang tersebut yang akan menjadi bentuk dan cara kelola keuangan saat resesi.
Untuk menabung cobalah untuk menabung di rekening terpisah yang hanya digunakan untuk menyimpan uang saja. Hal ini juga dilakukan untuk berjaga-jaga supaya tak ada kejadian yang tidak terduga.
Sedangkan untuk investasi pilihlah jenis investasi yang resikonya paling minim. Misalnya deposito, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, hingga obligasi negara ritel.
Apa Itu Resesi Global?
Pengertian dari resesi global adalah menurunnya sektor ekonomi yang berkepanjangan dan terjadi secara global, di suatu periode tertentu.
Pengertian dari resesi global itu sendiri menurut Google Art & Culture adalah suatu keadaan yang dimana inflasi menjadi naik pada Produk Domestik Bruto dunia, yang sesuai dengan indikator ekonomi secara makro sedunia.
Termasuk di dalamnya juga ada produksi dalam industri, konsumsi minyak, tingkat pengangguran, arus modal, dan juga perdagangan saham. Ketika resesi global terjadi negara-negara maju pun akan mengalami kontraksi.
Sedangkan untuk negara-negara berkembang perekonomiannya akan menjadi lebih melambat, serta terjadi penurunan harga saham dengan sangat cepat.
Risiko Terjadinya Resesi Global 2023
Ada beberapa dampak dan juga skenario buruk jika resesi ekonomi global ini terjadi antara tahun 2022 – 2024, yang diantaranya yaitu:
1. Terjadinya Inflasi
Salah satu risiko atau dampak terjadinya resesi global adalah terjadinya inflasi, yang akan membuat harga barang-barang pokok naik, PHK secara massal, pasokan energi, dan naiknya angka kemiskinan.
Hal itulah yang akan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi cenderung lambat, lesu, dan negara pun jatuh ke resesi global.
2. Pengetatan Kebijakan pada Bank Sentral Dunia
Menurunnya tingkat perekonomian yang tajam dan terjadinya inflasi, juga akan memicu kebijakan di sejumlah bank sentral semakin mengetat secara global.
Kemungkinan, ekonomi global bisa selamat dari resesi 2023 tetapi tak akan mengalami inflasi dan penurunan yang tajam.
3. Memicu Re-Pricing
Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral yang terjadi di seluruh dunia juga akan memicu terjadinya re-pricing di pasar keuangan global. Jika ekonomi melambat maka akan terjadi kerugian output yang sifatnya bukan sementara tetapi secara permanen.
Penyebab dari terjadinya resesi global ini adalah sejumlah bank sentral dunia yang menaikkan suku bunga secara serempak. Hal itu pada akhirnya menjadi respon dari inflasi yang juga terjadi pada saat ini.
Resesi global menjadi ancaman bagi seluruh negara termasuk Indonesia, itulah sebabnya diperlukan tips mengatur keuangan saat hadapi resesi. Untuk pinjaman dana darurat misalnya, coba saja di gadaikendaraan.com dengan kelebihannya yaitu rate bunga yang cenderung rendah.